Guruku Pahlawanku

 

Gurulah yang mencetak orang sukses dan berprestasi, bahkan yang memimpin sebuah negara. Bisakah dibayangkan, bagaimana jika tak ada guru? Tentu kita akan buta huruf dan tak pintar. Pekerjaan menjadi guru tidaklah gampang. Beliau harus bertanggung jawab atas muridnya, mengajari dan mem­bimbing penuh kesabaran dan kasih sayang. Beliau harus menghadapi berbagai macam karakter anak didik. Bahkan guru merupakan orangtua di sekolah, jadi rasa tanggung jawab seorang guru sama de­ngan orangtua.

Nah, perayaan Hari Guru mungkin suatu momen ber­sejarah mengingat bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Ada sekolah yang meraya­kan Hari Guru dengan melak­sanakan upa­cara peringatan Hari Guru, di mana para guru yang telah ber­bakti selama kurun waktu tertentu akan diberi peng­hargaan atas jasanya yang telah meng­abdikan diri dalam men­cer­daskan anak bangsa. Murid yang ikut meraya­kan Hari Guru memberi hadiah kepada guru sebagai tanda terima kasih kepada gurunya yang telah mengajar dan mem­bimbing sela­ma proses belajar-mengajar . Tapi yang pasti, bagaimana pun cara meraya­kan Hari Guru, satu hal yang diinginkan guru bukan­lah hadiah atau peng­hargaan tetapi adalah bisa meli­hat anak didiknya dapat mene­rima pem­belajaran yang telah diberi­kan  dan berhasil menjadi orang yang berguna, di mana kelak pendi­dikan yang telah diberikan guru bisa berguna bagi masa depan anak didiknya, dan beliau akan merasa bahwa peng­ajaran yang diberikan telah dite­rima dengan baik oleh mu­rid­nya dan tidaklah sia-sia.

Oleh karena itu, kita jangan melupakan guru– guru yang per­nah mengajar dan membim­bing kita. Jasa guru sangat besar sehingga guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa, karena kita bisa pintar dan berhasil titik awalnya adalah dari pendidikan yang diajarkan oleh guru

Bicara tentang Hari Guru, adalah seorang pencipta lagu bernama Sartono yang lahir di Madiun, Jawa Timur, 29 Mei 1936. Beliau mantan guru seni musik yayasan swasta di Kota Madiun, yang dikenal dengan prestasinya dalam men­ciptakan lagu “Hymne Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” pada tahun 1980-an. Sebuah lagu wajib yang kini selalu dinyanyikan di sekolah-sekolah di Indonesia.

Beliau   mempelajari musik secara otodidak tanpa menge­nyam pendidikan tinggi tentang musik. Pada 1978, Sartono adalah satu-satunya guru seni musik yang bisa membaca not balok di wilayah Madiun. Kare­na keter­batasan alat musik yang ia miliki, lagu “Hymne Guru” ia ciptakan dengan bersiul sambil meno­rehkannya ke kertas catat­an.

Sartono memulai kariernya sebagai guru seni musik pada 1978. Walaupun peng­hasilannya sebagai guru pas-pasan, kecinta­annya pada musik membuatnya men­ciptakan beberapa lagu. Bertepatan dengan momentum Hari Pendidikan Nasional pada 1980, Sartono mengikuti lomba mencipta lagu tentang pendi­dikan. Dari ratusan peserta, lagu “Hymne Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” ciptaannya berhasil menjadi pemenang. Selain men­dapat sejumlah uang sebagai hadiah, Sartono bersama se­jumlah guru teladan lainnya di seluruh Indonesia dikirim ke Jepang untuk studi banding.

Adapun lirik lagu Hymne Guru adalah sebagai berikut:

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru

Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku

Sebagai prasasti terima ka­sih­ku

Tuk pengabdianmu

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun pe­nye­juk dalam kehausan

Engkau patriot pahlawan bangsa

Tanpa tanda jasa

Dari lirik lagu ini terdapat makna yang sangat dalam ten­tang seorang guru.  Semua pe­ngabdian guru akan diingat terus oleh muridnya dan sangat ber­terima kasih pada guru atas bimbingannya. Seorang guru seperti memberi cahaya terang bagi muridnya dari tidak tahu apa-apa menjadi tahu (ber­ilmu). Dari tidak menge­tahui moral menjadi orang yang mempunyai karakter baik sehingga dapat berguna bagi bangsa dan negara, sehingga guru diibaratkan seba­gai pahlawan.

Bagaimana nantinya mera­yakan Hari Guru, satu hal yang perlu kita ingat, seorang guru menjadi teladan bahkan beliau menginspirasi muridnya dalam meraih cita-cita dan menjadi sukses. Tak banyak yang diharap guru, hanya satu yaitu kita belajar dengan  sungguh-sung­guh, bukan setengah hati. Me­mer­hatikan saat guru mengajar dan menghormati guru. Apalah arti memberi hadiah kalau kita tak sungguh-sungguh belajar, tak memerhatikan saat guru mengajar. Benar ‘kan? Cukup dengan menyanyikan Hymne Guru dan menghormati guru serta sungguh-sungguh belajar, itu sudah hadiah terbaik bagi guru. Selamat Hari Guru!

* November 2014.


sumber disini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama